Welcome to The Kingdom of Cambodia

February 15, 2012
Setelah 2 malam perjalanan Davao-Manila-Bangkok, akhirnya sampailah kami di Kamboja.
Kesan pertama begitu menginjakkan kaki di Kamboja sedikit mengingatkanku pada negri tercinta Indonesia. Baru saja sampai di border sudah terlihat sampah berserakan di jalan. Berbeda dengan Thailand, yang walaupun panas dan gersang, namun sepanjang jalan tak ku temui sampah.
Aku semakin merasa seperti berada di Indonesia saat para pemulung sampah dan gerobak bututnya lalu lalang sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja.

Hal ini tidak ku temui selama aku menetap di Filipina. Dalam urusan sampah, mereka sangat rapi dan aku tidak pernah sekalipun melihat pemulung di sana.

Welcome Gate – Border


Itu hanya pengamatanku. Bagaimanapun aku senang akhirnya sampai di Kamboja.

Saat di perbatasan ada hal unik yang ku alami. Setelah keluar dari Thailand, aku mengantar 2 kawan dari German untuk mengurus Visa on Arrival mereka untuk stay di Kamboja. Saat sedang duduk menunggu, seorang cowo yang tak lain adalah karyawan di kantor di mana kami mengurus VOA mengajakku berbincang. Bahasa Inggrisnya tidak cukup baik, mungkin tak jauh berbeda denganku, hehehe. Dia memperkenalkan dirinya tapi sayang aku lupa namanya karena namanya cukup asing dan sulit disebut. Yang aku ingat usianya 24 tahun, sama denganku, dan dia baru bekerja di kantor tersebut selama 1 bulan. Ia sempat mengajariku sedikit bahasa Camay (Bahasa Kamboja). Setelah percakapan tersebut ia mohon diri untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku pun kembali melebur dengan teman-teman ku yang duduk tak jauh dariku. Mereka mulai meledekku. Mereka bilang pria itu menyukai ku. Entahlah apa sebabnya mereka menyimpulkan itu tapi buatku itu hanya percakapan biasa. Aku suka bertemu orang baru selama perjalanan. Ingat postinganku tentang SKSD itu penting selama traveling?

Lucunya, saat aku dan teman-teman menunggu bus yang akan membawa kami ke Siem Reap, aku bertemu lagi dengan cowo itu. Rupanya dia juga mengurus travel untuk para tourist. Saat melihat ku dia menghampiriku dan kembali mengajakku berbincang. Teman-teman kembali mengejekku. Beberapa dari mereka mengedipkan mata genit padaku dan memainnkan jari telunjuknya memberi isyarat ‘no’.

Saat sedang bercakap-cakap, cowo itu menunjuk Benny, teman sekelasku, satu-satunya pria di tim kami. Lalu dengan bahasa Inggris nya yang pas-pasan dia bertanya “Is that your guy?”
Entah kenapa saat dia bertanya itu spontan ku jawab ya. “Yes, he is my guy”
Sejak pertanyaan itu dia menghilang entah ke mana. Tanpa kata-kata perpisahan yang selayaknya.
Temanku meledekku habis-habisan. Menurutnya aku baru saja mengakui Benny sebagai pacar ‘yes he is my guy’ dan membuat cowo itu patah hati. Waktu dia jelaskan itu aku ikut ketawa geli lalu kuceritakan hal itu pada Benny sekaligus meminta maaf karena seenaknya mengakui dia as my guy. Benny ketawa, ‘Kamu baru aja menutup pintu untuk tu cowo. Siapa tahu dia strong husband yang Tuhan mau pertemukan denganmu.” ujarnya ngeledek. 

Well, itu hanya sepenggal kisah kocak pertama yang ku alami sesampainya aku di Kamboja. I’m excited here!! Selama 3 minggu kami akan menetap di Kamboja dan aku berharap dapat banyak pelajaran baru dan pengalaman-pengalaman unik lainnya di sini!!

Welcome to the Kingdom of Cambodia!!

Review Your Cart
0
Add Coupon Code
Subtotal