Allah selalu punya cara untuk mengingatkan umat kekasih hati-Nya. Seperti hari ini, saya diingatkan melalui perjumpaan dengan seorang musisi jalan, bahwa BERKARYA bukanlah PERSOALAN SARANA. Yah, saya belajar dari sang musisi jalanan yang siang-malamnya berada di bawah atap langit, tentu dia tidak seberuntung saya yang punya sarana lengkap untuk bermusik dan menulis. Sang musisi jalanan cuma punya biola tua dan gitar pinjaman. Tapi dia berhasil menelurkan karya-karya yang buat saya luar biasa. BERKARYA itu bicara tentang KETEKUNAN. Sama seperti sang musisi jalan yang sehari-hari menyediakan waktunya untuk berlatih di pinggir danau.
Pertemuan yang sangat bermakna. Pertemuan menjelang H-4 kepergian saya ke Mentawai. Yah, selama persiapan ke Mentawai saya dipusingkan dengan persoalan sarana dan prasarana. Apakah saya bisa menemukan internet di sana? Apakah di sana ada ATM, apakah ada listrik?
Kalo nggak ada internet gimana kehidupan saya di sana nanti. Kalo nggak ada ATM gimana kalo kehabisan uang… Hadooh, mendadak terasa berat pergi ke sana. Tapi melalui pertemuan dengan sang musisi jalanan, Tuhan mengingatkan saya bahwa Tuhan sendiri sudah memberikan saya sarana yang paling sesuai untuk saya melakukan pelayanan di sana. Bukankah Tuhan sendiri sudah memperlengkapi saya dengan semua talenta yang ada pada saya. Dan bukankah itu sarana yang terpenting untuk berkarya melayani dia. Hidup dalam kesederhanaan, atau bahkan kekurangan, harusnya tak menghambat siapapun untuk berkarya dan membuat hidupnya bermakna.
Saya sungguh bersyukur bisa berjumpa dengan sang musisi jalan. Darinya saya belajar untuk tidak mengandalkan sarana. Sebuah kekuatan datang dari sosok yang saya temui di pinggir danau. Kekuatan untuk berkarya melayani Tuhan dengan segala keberadaan saya, dengan segala kondisi yang ada.
Jumat, 29 Mei 2009, saya akan terbang ke Mentawai. Tempat yang asing bagi saya dan tentu situasi di sana jauh dari situasi kota-kota yang pernah saya kunjungi semasa Praktek. Yah… yang saya dengar, di sana sinyal saja sulit. Tapi saya nggak boleh patah arang. Kalau Tuhan menempatkan saya di sana, tentu Dia punya rencana. Kalo Tuhan mengutus saya ke sana, tentu Dia juga memperlengkapi saya. Tidak ada yang perlu saya kuatirkan. Ada atau tidaknya sarana yang menunjang pelayanan saya di sana, yang saya sadari kini adalah Kristus sendiri SARANA ter-Agung saya. Dengan Dia, melalui Dia, karena Dia, untuk Dia, saya akan berkarya di sana. Saya tidak akan bergantung pada sarana apapun, tetapi saya akan bergantung pada Kristus. Berserah sepenuhnya pada kehendakNya. Tuhan pakai saya ^^