Laki-laki itu berlutut lalu menulis di permukaan tanah dengan jarinya. Perempuan berdosa itu ketakutan sementara orang-orang yang menyaksikan hal itu bertanya-tanya “Apa yang kau lakukan?”. Si laki-laki tersenyum dan bangkit berdiri. “Siapa yang tidak berdosa lemparilah ia dengan batu..” Ujar laki-laki itu sambil menunjuk si perempuan. Orang-orang yang telah siap dengan batu di kepalan tangan mereka mendadak bisu. Tidak ada yang bisa mereka katakan, tidak sepatah kata pun. Lalu satu-persatu dari mereka membuang batu itu ke jalan dan pergi meninggalkan kerumunan orang yang hendak menghakimi si pendosa. Satu-persatu hingga tinggal laki-laki itu dan si pendosa. Laki-laki itu tersenyum, menegadahkan wajahnya ke atas dan dari surga terlihat senyum Sang Bapa. Sementara si pendosa tersungkur sampai ke tanah dan menangis sejadi-jadinya. “Tuhan ampuni aku…” ujarnya lirih. Laki-laki itu kemudian menatapnya dan tersenyum.
Singkat cerita, laki-laki itu adalah Yesus. Sang Legendaris Kasih sepanjang abad. Sosok pertama dalam hidupku yang selalu menjadi inspirasiku. Tidak ada yang tidak bisa aku pelajari dariNya. Dalam segala hal aku belajar untuk meneladaniNya. Yesus, datang ke dunia dengan membawa misi Kerajaan Allah, yakni untuk memulihkan shalom yang telah rusak oleh sebab dosa manusia. Karena itulah Ia mengajarkan manusia tentang kasih. Directly. Yup! Secara langsung pengajaran kasih itu Ia sampaikan pada manusia, yakni melalui sikap hidupNya. Dalam menjalankan misi ini, Yesus memiliki cara kerja yang luar biasa. Dan caranya ini telah menginspirasiku.
Jika kita lihat dalam seluruh kehidupan Yesus yang tertuang dalam ke-4 Injil, maka kita bisa melihat bahwa sesungguhnya Yesus bekerja tanpa terikat aturan-aturan tertentu. Cara Ia bekerja sangat fleksibel. Kapanpun, di manapun, dan dengan cara yang unik, kreatif dan berani melakukan terobosan. Ia tidak bergantung pada peraturan Yahudi yang berlaku saat itu. Cara kerja Yesus yang penuh terobosan. Lihat saja ketika Ia menyembuhkan orang sakit di hari Sabat. Tindakan yang menyimpang dari tradisi ini menimbulkan kemarahan orang-orang Yahudi. Apakah Yesus tidak tahu peraturan yang berlaku saat itu? Tentu saja Ia tahu. Lalu apa dasar Yesus melakukannya? Karena Yesus bekerja untuk kehendak Allah. Kerja Yesus dilakukan berdasarkan relasi dengan Allah sang Project Owner. Relasi kasih yang penuh dengan kesetiaan, tanggung jawab dan kepercayaan (trust). Karena itulah Yesus berani melakukan terobosan-terobosan yang kreatif dan produktif. Yesus tidak takut melakukan itu karena Bapa percaya kepadaNya, dan Ia percaya kepada Bapa. Kerja Yesus dilakukan dengan hati, bukan sekedar dengan tangan.
Dari sini aku belajar, bahwa dalam melakukan pelayanan, kita perlu melakukannya dengan hati. Agar dalam pelayanan kita boleh melakukan terobosan-terobosan yang berbuahkan kebaikan. Tidak selamanya kita terikat pada aturan tertentu yang menjadikan kerja pelayanan kita konvensional dan tradisionalis. Kerja yang demikian cenderung kurang kreatif dan tidak mampu menghadapi situasi baru, karena kerja seperti itu penuh dengan ketakutan dan kekangan. Bukankah pada kenyataannya pelayanan yang terikat aturan-aturan kurang efektif dalam memenuhi kebutuhan yang sebenarnya dari mereka yang dilayani?
Akan tetapi seringkali orang yang mengaku ingin melakukan terobosan dalam pelayanannya cenderung melakukannya secara berlebihan dan kebablasan. Jika yang terjadi demikian, kesan yang timbul justru miring, kelihatan tidak tahu aturan. Ya! Untuk itu jangan tanggung-tanggung dalam meneladani Yesus. Lihat juga bahwa dalam melakukan terobosannya, ada satu tujuan yang mulia. Yakni melakukan kehendak Allah Bapa. Yesus melakukan terobosan dengan senantiasa melihat kebenaran dan konsisten pada kebenaran itu. Dengan demikian pekerjaanNya yang penuh terobosan itu dijamin dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya di depan Allah. Belajar dari hal ini, maka kita perlu memahami kehendak Allah bukan dengan pikiran manusiawai kita, tetapi dengan akal budi dan bantuan Roh Kudus. Terobosan-terobosan dalam pelayanan kita hendaknya dilakukan hanya untuk tujuan kehendak Allah, bukan kehendak pribadi/ golongan. Dan kita harus konsisten, memegang teguh tujuan itu. Maka terobosan yang kita lakukan akan berbuahkan kebaikan bagi pemulihan shalom yang dikehendaki Allah. Untuk itu, kita pun perlu memiliki hubungan yang karib dengan Allah, sama seperti Bapa dan Yesus adalah satu. Kita belajar dari relasi antara Yesus dan Bapa. Relasi yang tak terpisahkan. Apakah kita sudah memiliki relasi yang karib dengan Allah?
Belajar dari kerja Yesus, maka mari kita sama-sama melakukan terobosan dalam pelayanan kita. Namun jangan lupa bahwa terobosan itu hanya mungkin dapat kita lakukan jika kita melakukan pelayanan dengan hati bukan sekedar tangan. Dan terobosan hanya mungkin berbuah kebaikan jika sesuai dengan kehendak Allah. Dan kehendak Allah hanya dapat kita pahami jika kita bergaul dekat denganNya. Maka langkah pertama yang perlu kita perjuangkan adalah relasi kita dengan Allah.
Yesus adalah sosok utama yang telah memberiku inspirasi dalam hidup ini. Kali ini aku belajar untuk melakukan terobosan dalam pelayananku…. Dan aku mau mengajak kamu, kamu dan kamu untuk melakukan terobosan bersama-sama demi kemuliaan Allah saja. Ayo semangat..semangat..semangat..!