“Zi, kenalin ini Caleb….” Edel mengenalkan seorang pria blasteran pada . Iszi hanya bengong waktu pria yang rupanya keturunan Indo-Jerman itu menyodorkan tangannya ke arah Iszi. Tubuhnya tinggi, begitu jauh melebihi tinggi badannya sendiri yang bisa dikatakan pendek dibanding pria seumurannya. Bola mata hijaunya sangat attractive. Iszi sendiri sempat terpaku. ‘Ah, menang tinggi sama putih doang nih cowok. Gantengan juga gw!’ batin Iszi.

Dia kini melotot ke arah Edel, memasang tampang garangnya, lalu memberi kode pada Edel untuk bicara empat mata. Lalu ia melangkah keluar ruangan tanpa kata-kata. Edel, yang sudah mengenal sahabatnya sejak kecil, mengerti betul kode-kodean cowok itu.

“Babe, will you give me five minutes? I think he wanted to talk to me?” ujar Edel pada pacar pria itu. Caleb hanya mengangkat kedua tangannya di udara, seolah mengatakan ‘whatever’. Edel senyum kecut tapi tetap ditinggalkannya Caleb dan melangkah ke luar mencari Iszi yang menunggu di depan pintu.

“Siapa tuh?” belum juga Edel menutup pintu tapi Iszi sudah bertanya dingin. Tangannya dilipat di depan dada dengan dagu agak tinggi.

“Cowok gw lah, gimana menurut loe?” Edel tampak girang, nggak menggubris ekspresi ‘unwelcoming’ Iszi.

“Loe ga pernah cerita apa-apa, kok tiba-tiba punya cowok bule?”

“Belum sempat cerita, Zi…”

“Beneran loe sama dia?” 

Edel mengernyitkan dahinya, “Iya…” Ujaranya. Agaknya ia mulai menyadari sikap dingin Iszi.

“Oke, congrats. Gw cabut duluan ya.” Suara datar Iszi terasa begitu dingin. Ia dengan acuhnya meninggalkan Edel yang masih tidak paham kenapa Iszi bersikap seperti orang lain yang tak dikenalnya. 

Iszi melangkah menuju area parkir mencari motornya sementara hatinya perih terbenam dalam kecemburuan. 

Masih ditemani cemburu, malam harinya Iszi tidak bisa tidur memikirkan Edel dan pria itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Diary Edel. Iszi-pun beranjak dari kasurnya dan mencari jurnal abu-abu milik Edel yang diambilnya diam-diam seminggu lalu. Iszi ingat betul, nama Caleb tidak pernah ditulis di lembaran jurnal itu.

Benar saja. Setelah memeriksa kembali lembar demi lembar jurnal harian Edel, Iszi semakin bertanya-tanya siapa sebenarnya Caleb. Satu-satunya pria yang di sebut-sebut namanya di diary itu kan cuma Iszi. Tidak ada yang lain. Memang tidak ada pengakuan kalau Edel suka sama Iszi, tapi di jurnal itu tidak sekalipun nama Caleb disebut.

“Apa mungkin dia jatuh cinta mendadak sama cowok itu? Hanya dalam waktu seminggu? Mungkin aja kali ya?” Iszi bergumam sendiri.

Iszi emang nggak pernah tau kelanjutan jurnal Edel sejak minggu lalu, semenjak jurnal harian itu ditangan Iszi. Mungkin Edel menuliskannya dalam jurnal barunya. Dan kisah itu yang Iszi cari. Siapa Caleb? Bagaimana Edel mengenalnya? Dan pertanyaan yang terpenting: Apakah Edel mencintainya?

“Yup! Gw harus cari tau diary Edel yang baru. Kejadian-kejadian selama seminggu sejak diary ini di tangan gw….! Loe pinter, Zi.”

Iszi memuji dirinya sendiri, lalu tersenyum meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia memang pinter. Sementara di langit-langit kamarnya seekor laba-laba yang telah lama menetap di sana mendadak mual mendengar Iszi begitu narsis. Laba-laba naas itu hilang keseimbangan dan jatuh, tepat di kepala Iszi.


____________________________

Aku akan terus mencoba mencari tahu setiap kisahmu

Setiap lembaran yang telah menjadi bagian hidupmu

Tunjukkan aku di mana kau simpan semua ceritanya

Agar aku dapat mengerti siapa dia

____________________________

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *